Medsos, Dakwah Kaum Muda Muhammadiyah

kaum muda muhammadiyah

Modernis.co, Surakarta – Suatu ketika saya mendapat mata kuliah dakwah digital di salah satu pondok kader Muhammadiyah yang ada di Kota Surakarta. Adapun yang yang membawakan mata kuiah tersebut adalah anggota majelis pendidikan kader PP Muhammadiyah.

Saya sebagai Mahasiswa yang mendapat mata kuliah tersebut sangat bangga karena mata kuliah seperti ini jarang dan bahkan sulit ditemukan, saya dan mahasantri betul-betul di doktrin oleh dosen tersebut, agar kemudian kader Muhammadiyah mampu bersaing dan berdakwah lewat social media.

Saya sebagai kader masa depan Muhammadiyah pun, merasa tergugah oleh doktrin tersebut. Yah, bisa disebut doktrin Muhammadiyah abad kedualah, karena problemnya yang kemudian menjadi fenomena ini Muhammadiyah jelas kalah telak dalam berdakwah di ranah media sosial.

Bukti konkritnya adalah ustadz-ustadz Muhammadiyah jarang dikenal oleh khalayak umum. Hanya sebagian kecil saja yang mampu eksis di media social kemudian terkenal. Yah, karena problemnya yang saya lihat kurangnya media Muhammadiyah yang mampu mengangkat dan mengekspos lebih kencang dakwah ustadz-ustadz Muhammadiyah baik itu di instagram, youtube, facebook, twitter, dan Website.

Fenomena Medsos di Muhammadiyah

Fenomena yang terjadi di kalangan warga Muhammadiyah maupun kader Muhammadiyah yang terhimpun dalam Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) pun sangat jarang membuka video ceramah ustadz-ustadz Muhammadiyah di youtube, jarang membuka website-website Muhammadiyah.

Padahal tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Dr. H. Haedar Nashir sebagai (Ketum PP Muhammadiyah) dan Dr. Abdul Mu’ti sebagai (Sekum PP Muhammadiyah), begitupula dengan Prof. Dr. KH Yunahar Ilyas, Lc, MA.g sebagai (Ketua PP Muhammadiyah dan juga sebagai Wakil Ketua MUI Pusat). Dengan penguasaan keilmuan agama islam dan pengetahuannya yang tidak diragukan lagi.

Itu pun masih jarang di tonton oleh warga Muhammadiyah dan bahkan tidak diminati oleh kader muda Muhammadiyah, padahal video ceramah tokoh Muhammadiyah yang terkenal tersebut dan tokoh Muhammadiyah yang lain ceramahnya banyak tersebar di media sosial, salah satunya media sosial yang menampilkan video ceramah ustadz-ustadz kita adalah media youtube.

Begitupula di ranah website hari ini dan seterusnya para kader Muhammadiyah sering menulis di website persyarikatan Muhammadiyah. Misalnya, Muhammadiyah.id, suaraMuhammadiyah.id, pwmu.com, sangpencerah.id pustakamu.id ,dan yang terakhir yang lagi naik daun katanya yaitu IBtimes.id. ini semua adalah website dakwah Muhammadiyah, yang menuliskan tentang Muhammadiyah dan wacana-wacana keislaman.

Sesungguhnya tinggal menghadirkan kesadaran diri warga Muhammadiyah dan kader Muhammadiyah. untuk kemudian membaca dan mengekspos ke khalayak baik di shere ke group Whatsapp, Facebook dll. Sehingga kemudian bisa menambah referensi dan informasi actual untuk kemajuan persyarikatan, ummat dan bangsa. Insya Allah.

Keterbukaan Media Sosial

Media social adalah alat untuk berdakwah yang sangat strategis dalam mengembangkan dakwah keislman dari segi khazanah teknologi yang canggih. media social sebagai ekosistem masyarakat modern di abad 21 hari ini. Anak mulai dari usia 6 tahun sampai orang tua semuanya masuk dan bergelut dalam media social, karena menganggap bahwa media social sebagai dunia baru yang apabila tidak masuk ke ranah ini, maka jelas akan tertinggal dan akan menjadi konservatif, akibat tidak mengikuti perkembangan zaman yang semuanya serba cepat (fast information).

Media social sebagai suatu hal yang sangat terbuka. Apa yang kita cari dari media hari ini, itu semuanya telah tersedia. Keterbukaan inilah kemudian muncul dan menjadi suatu masalah apabila kita sebagai kaum muslimin tidak mampu untuk memblok hal-hal negative yang ada di dalamnya, sehingga mengganggu diri seorang muslim dari segi Iman & psikologi (kejiwaan).

Salah satu contoh, adanya berita bohong (Hoax) yang begitu cepatnya tersebar ke smartphone saya dan mungkin pembaca essay ini. lalu kemudian menyebarkan berita tersebut tanpa adanya proses tabayyun terlebih dahulu, begitupun tersedianya gambar dan vidio bermuatan porno, ada berita ghibah saling menjelek-jelekan antar ummat dan golongan. Inilah hal negative dari keterbukaan media social di era revolusi 4.0.

Nah, kemuadian kalau kita lihat sisi positive dari keterbukaan media sosial yaitu memudahkannya mencari referensi keilmuan dan keislaman dalam menunjang ilmu pengetahuan. Contoh paling terbarukan dalam dunia media sosial yaitu, apabila misalnya sebagian jamaah tidak sempat hadir dalam suatu agenda Tabligh akbar, jamaah yang tidak sempat hadir tersebut bisa mengaksesnya lewat media sosial yang menyediakan fitur “siaran langsung” misalnya lewat Youtube, instagram, dan facebook.

Kumpulan kajian, ceramah, dan khutbah sudah terkumpul dan tersedia semua di media sosial. Ini juga menjadi sesuatu hal yang sangat membantu ummat islam mendengarkan video ceramah ustadz yang dia sukai.

Medsos Sarana Dakwah Abad Kedua Muhammadiyah

Melihat internet sebagai sarana informasi yang begitu cepat, Kemudian saya sebagai kader muda Muhammadiyah yang telah mengikuti PKDTM 1 dan 2 IPM dan DAD IMM. Saya berinterpretasi bahwa, kader muda Muhammadiyah sudah seharusnya sadar dan menumbuhkan kesadaran berdakwah lewat media sosial.

Karena sesungguhnya kita sudah tertinggal dalam berdakwah diranah media sosial, saya rasa kaum muda Muhammadiyah sudah jauh tertinggal oleh kaum muda NU, HTI, dan Salafi. Buktinya kumpulan video ceramah yang ada di youtube dan instagram, ustadz yang banyak ditonton siapa? Jawabannya terus terang saya katakan yaitu ustadz salafi dan NU.

Maka dari itu, kalau kaum muda Muhammadiyah terus menikmati video ceramah yang saya singgung diatas tadi dan tidak memaksimalkan kecanggihan teknologi media sosial dalam menyebarkan dakwah islam berkemajuan, maka Muhammadiyah sesungguhnya masih jauh dari kata Islam Berkemajuan dan lebih tepat disebut Islam konservatif dalam ranah ini.

Solusinya kemudian adalah, kaum muda Muhammadiyah harus proaktif dalam media sosial tidak hanya sebagai penikmat namun sebagai creator media sosial Muhammadiyah, minimal menonton ceramah ustadz Muhammadiyah, membaca artikel orang-orang Muhammadiyah dan juga sebagai buzzer suka membagikan video youtube ustadz Muhammadiyah dan alamat website Muhammadiyah.

Oleh: Rahmat Rusma Pratama (Ketua Umum Komisariat Hajjah Nuriyah Shabran UMS)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment